Legenda Sumur Bandung dan Sungai Cikapundung

Posted: Desember 15, 2013 in Legenda
Tag:

Legenda Sumur Bandung dan Sungai Cikapundung

Jaka adalah seorang pemuda yang bisa di bilang pecundang ia selalu dikucilkan oleh teman-temannya karena memiliki wajah yang cacat, ada tompel hitam menghias hampir separuh wajahnya.

Ibunya sendiri yang seorang janda juga sama menderitanya karena banyak laki-laki yang mendekatinya, sehingga ia menjadi bahan omongan para tetangga yang sirik kepadanya. Suatu hari Usman seorang laki-laki kaya yang sangat menyukai ibu Jaka datang ke rumah Jaka, ibu Jaka tahu jika Usman seorang duda dan tulus menyukainya bahkan ia juga tahu kalau Usman sangat sayang pada Jaka, tapi karena banyak tetangganya yang tidak suka jika ibu Jaka berhubungan dengan Usman, ibu Jaka difitnah.

Saat itu mereka dipimpin Ibu Wira mendatangi rumah ibu Jaka, kebetulan Jaka sedang pergi dan para tetangga beranggapan jika terjadi maksiat di rumah Jaka, apalagi mereka memergoki Usman yang saat itu sedang tidur di kamar Jaka padahal saat itu Usman sedang tidak enak badan, dan sengaja menumpang beristirahat, tetapi warga tidak peduli mereka langsung mengusir ibu Jaka dan juga Usman, bahkan mereka membakar rumah Jaka.

Jaka yang baru pulang memancing kaget melihat rumahnya terbakar ia langsung mencari ibunya, padahal hari itu sudah malam sementara Usman yang kasihan pada ibu Jaka mengajak ibu Jaka untuk pergi ke rumahnya, tapi ibu Jaka menolak ia berniat mencari Jaka ke sungai karena ia tahu hobi Jaka adalah memancing, dan malam itu juga ibu Jaka mencari Jaka di tepi sungai yang gelap, dan saat ia sedang sibuk mencari ia terpeleset dan terjatuh ke dalam sungai.

Keesokannya Jaka yang kini hidup sebatang kara hanya bisa pasrah mencari ibunya ia kini tinggal di tepi sungai Cikapundung dengan gubuk sederhana yang sengaja dibangunnya dari daun dan ranting kering. Suatu siang saat ia sedang memancing tanpa sengaja ia melihat sebuah selendang tergantung di akar pohon, Jaka langsung mengambilnya dan ia langsung kaget karena ia sangat hafal jika selendang tersebut adalah milik ibunya, lalu Jaka sambil menangis mencari ibunya menyusuri sungai berharap ia akan menemukan jasad ibunya.

Dalam perjalanannya menyusuri sungai Cikapundung, Jaka bertemu dengan segerombolan anak nakal yang mengganggunya. Anak-anak itu mengambil selendang milik ibunya, Jaka berusaha mempertahankannya, akibatnya ia dikeroyok, ia kalah dan anak-anak nakal itu langsung membuang selendang ibunya ke dalam sebuah sumur yang berada di sekitar sungai. Setelah anak-anak itu pergi Jaka berusaha mengambil selendang tersebut ia nekat masuk ke dalam sumur tersebut, dan anehnya saat ia masuk ke dalam sumur itu ia seperti memasuki sebuah gua, yang tembus ke sungai Cikapundung, Jaka kaget sampai di tepi sungai ternyata ia bertemu dengan ibunya yang tergeletak tidak sadarkan diri, Jaka kebingungan ia hanya bisa meratap dan bersusah payah menggendong tubuh ibunya menjauh dari tepi sungai.

Jaka akhirnya sampai di sebuah gubuk reot, awalnya Jaka berpikir jika gubuk itu tidak ada penghuninya tetapi ternyata seorang nenek renta pemilik gubuk tersebut datang, ia langsung kasihan meihat kondisi ibu Jaka, lalu dengan petunjuknya Jaka diminta untuk mengambil air di sumur yang tadi ia masuki, Jaka sempat tidak mau karena menurutnya sumur tersebut tidak ada airnya, tapi si nenek ngotot sehingga Jaka pun menurut saja, sampai di sumur tersebut Jaka kaget ternyata benar kata si nenek jika sumur tersebut ada airnya, dan kebetulan saat itu ada dua orang warga desa yang melintas memperhatikan Jaka, mereka sempat mengingatkan Jaka jika air sumur tersebut kotor dan bau, tapi Jaka tidak peduli ia tetap mengambil air sumur, dan dua warga itupun memperhatikan penasaran dan ketika Jaka mengambil air di sumur itu ternyata airnya bening dan wangi, hal ini membuat dua warga tersebut heran, ia langsung menceritakan ke warga yang lain, tentang sumur yang berair bening dan wangi.

Jaka tidak mempedulikan orang tersebut ia langsung membawa air sumur itu ke gubug si nenek, lalu nenek tersebut langsung meminumkannya ke ibu Jaka, dan tidak lama kemudian ibu Jakapun siuman, dan si nenek pun meminta Jaka kembali mengambil air sumur tersebut jika ingin tompel di wajahnya hilang, Jaka langsung semangat ia yang sejak dulu selalu berdoa meohon agar tompel di wajahnya bisa dihilangkan langsung menuju ke sumur tadi, sesampainya di sumur Jaka heran melihat banyak warga berkerumun, ia mengenal beberapa warga yang tadi ditemuinya sedang ribut dengan warga yang lain, rupanya warga yang baru datang tertipu dengan omongan warga yang tadi melihat Jaka mengambil air.

Mereka ternyata tetap mendapatkan air sumur keruh dan bau, dan ketika Jaka datang mengambil air sumur semua memperhatikannya dan akhirnya percaya, ternyata benar air yang diambil Jaka bening dan harum, hal ini membuat mereka segan dengan Jaka, mereka langsung menghormati Jaka, apalagi ketika Jaka mencuci muka dengan air yang baru di ambilnya wajahnya langsung bersih membuat warga yang melihatnya takjub, mereka langsung ikut mengambil air sumur tapi apa yang mereka dapat tetap saja airnya keruh dan bau, mereka lalu meminta kepada Jaka, bahkan sambil memohon karena mereka menganggap air yang diambil Jaka bisa dijadikan obat, karena kasihan dan Jaka lalu mengambilkan air sumur untuk mereka, sejak itulah Jaka dihormati oleh warga sekitar sumur dan dianggap sebagai pemilik sumur tersebut yang kini dikenal sebagai Jaka Sumur Bandung.
Selain itu Jaka mulai jatuh cinta dengan “seorang wanita” (siluman ikan “Nyi Arum”) dari sungai Cikapundung dan ini sangat susah dilarang bahkan ibunyapun tidak dihiraukan. Muncul ketegangan dengan penduduk sekitarnya tapi Jaka tetap tidak bergeming. Segala cara sudah dilakukan tapi…. Saksikan selanjutnya, apakah Jaka bisa disadarkan dari guna-guna “penunggu” sungai Cikapundung?

Tinggalkan komentar